Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday 23 July 2009

SEKILAS TENTANG TERUSAN PANAMA



Terusan Panama adalah terusan yang memotong tanah genting Panama sepanjang 82 km, memotong Amerika Utara dan Amerika Selatan serta menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik. Terusan ini memotong waktu tempuh kapal laut karena tidak perlu memutar lewat ujung selatan Amerika Selatan.
Rencana pembangunan terusan ini sudah mulai muncul di tahun 1500-an namun baru dibuka pada 15 Agustus 1914. Walaupun pembangunannya dilanda berbagai masalah seperti penyakit malaria, demam kuning, bencana tanah longsor, dan kekurangan air, terusan ini telah membantu 800.000 kapal menyeberang sejak pembukaannya atau 12.000 kapal per tahun.

Penjelasan
Terusan Panama menghubungkan Teluk Panama di Samudra Pasifik dengan Laut Karibia di Samudra Atlantik. Karena bentuk dari tanah genting Panama adalah "S", terusan ini memotong dengan arah barat laut - tenggara. Untuk mempermudah, otoritas terusan mengklasifikasikan lewatnya kapal dengan arah northbound (menuju utara) bagi kapal yang menuju Samudera Atlantik dan southbound (menuju selatan) bagi kapal yang menuju Samudera Pasifik. Untuk menyeberang, sebuah kapal perlu waktu 9 jam.

Sejarah
Niat untuk membuat sebuah terusan di tanah genting Panama pertama kali dicetuskan oleh Raja Charles V dari Spanyol di tahun 1524 untuk mempermudah lewatnya kapal, terutama yang membawa emas. Walaupun sudah ada hasil survei dan rencana pada tahun 1529, keadaan politik dan teknologi di Eropa pada saat itu masih belum memungkinkan.

Setelah berbagai macam cara yang tidak melewati laut (kereta api) gagal atau dinilai kurang efektif, rencana pembangunan terusan mencuat kembali. Didorong oleh selesainya Terusan Suez, Perancis di bawah pimpinan Ferdinand de Lesseps mulai membangun terusan pada 1 Januari1880 namun terhenti karena penyakit pada tahun 1893.

Pembangunan dilanjutkan oleh Amerika Serikat di bawah pimpinan Theodore Roosevelt pada tahun 1904 setelah AS membantu Panama merdeka dari Kolombia dengan imbalan kontrol daerah terusan. Pembangunan kanal oleh Amerika Serikat ini dimulai pada 4 Mei 1904. Berbagai upaya dilaksanakan untuk mengatasi masalah dan akhirnya kanal dibuka pada 15 Agustus 1914 dengan lewatnya kapal Ancon.

Terusan ini serta daerah disekitarnya dikontrol oleh Amerika Serikat sampai 31 Desember 1999 setelah Presiden AS Jimmy Carter menandatangani Traktat Torrijos-Carter pada 7 September 1977. Sekarang, terusan ini dikontrol oleh Otoritas Terusan Panama.

 

Thursday 25 June 2009

MUATAN KAPAL

Barang yang akan dimuat dalam kapal selalu, bila dinyatakan dalam berat, memakai ukuran ton. Namun ukuran 1 ton metrik adala 1.000 kg, 1 ton Inggris adalah 1.016,05 kg, dan 1 ton Amerika adalah 0.90718 metrik. Sehingga perbandingan ketiganya adalah :

UKURAN

LONG TON

SHORT TON

METRIK TON

1 long ton (Inggris)

1 short ton (Amerika)

1 Metric ton 

1

0,893

0,984

1,12

1

1,102

1,016

0,907

1

 

Dalam menghitung isi ruangan, bila menerima muatan, dipakai berat (weight) atau ukuran (measurement) yang lebih menguntungkan pihak kapal. Untuk ini digunakan istilah Shipping ton. Satu Shipping ton besarnya 40 cft dan satu Shipping ton metric berarti suatu barang seberat 1.000 kg mengambil ruangan muatan sebesar 1 meter kubik.

Muatan yang stowage factor atau faktor muatnya lebih kecil dari adalah 40 adalah deadweight cargo.

Stowage factor (SF) adalah volume yang diperlukan untuk 1 ton (1.016 kg) barang yang dinyatakan dalam cft. SF 40 berarti bahwa 1 ton barang itu mengambil tempat 40 cft. Dalam SF sudah diperhitungkan pula broken stowage (celah yang terdapat diantara muatan). Sebagai contoh. Sf kopra adalah 80. itu berarti 1 long ton kopra mengambil ruangan 80 cft

Untuk dapat menghitung banyaknya barang yang dapat dimuat dalam salah satu ruangan muatan kapal atau palka, kita harus mengetahui besarnya ruangan palka. Besarnya ruangan palka dari kapal dinyatakan dalam bale space dan grain space

Bale Space adalah ruangan didalam palka yang disediakan untuk muatan umum (general cargo) dan biasanya dinyatakan dalam cft. Besarnya ruangan muatan diukur dari bagian dalam gading – gading dan antara lantai bawah dengan bagian bawah dari deck beam lantai atas.

Grain Space adalah ruangan dalam palka yang disediakan untuk mutan curah (bulk) dan biasanya dinyatakakan dalam cft. Besarnya ruangan muatan diukur dari bagian dalam dinding kapal dan dari lantai bawah sampai dengan bagian bawah dari lantai atas.

Jumlah keseluruhan dari bale space atau grain space dibagi oleh cargo deadweight ton adalah stowage factor dari sebuah kapal barang.

Perbandingan antara net, gross, dan deadweight tonnage berbeda untuk setiap kapal. Khusus bagi kapal-kapal barang, rasio perbandingannya biasanya adalah

1 NRT  =   11/2 GRT  =  21/4 – 21/2  DWT.

TENTANG UKURAN KAPAL

Bila kita melihat kapal – kapal yang tiba dipelabuhan, maka yang terutama diperhatikan adalah ukuran besarnya. Besarnya kapal dinyatakan dalam ton register (Register ton). Untuk ukuran besarnya kapal dikenal istilah gross register ton (GRT) dan net register ton (NRT).

Gross Register Ton (GRT) adalah jumlah dari semua ruangan kapal yang tertutup atau yang dapat ditutup secara kedap air, baik yang berada dibawah geladak maupun yang berada diatasnya (deck line). Oleh karena 1 register ton = 1000 cft (cubic feet) dan 100 cft = 2,83 m3 maka besar GRT adalah total ruangan dalam cubic feet dibagi 100.

Net Register Ton (NRT) adalah ruangan yang tersedia untuk barang dan penumpang, atau juga daya angkut kapal yang dinyatakan dalam volume.
 
Salah satu ukuran untuk besar kapal adalah panjang kapal, yang berpengaruh dalam hal penyediaan tempat untuk sandar. Panjang kapal dinyatakan dalam length over all (LOA) dan length between perpendiculars (LBP).

LOA adalah panjang kapal secara keseluruhan yang diukur dari bagian paling ujung dari linggi-linggi sampai bagian paling belakang dari buritan. 
Sedangkan LBP adalah panjang kapal yang diukur dari linggi-linggi paling depan dan bagian paling belakang dari buritan pada garis maksimum saat musim panas (summer draft). Summer draft adalah saat kapal pada musimpanas menurut peraturan lambung timbul (freeboard) 

Untuk ukuran berat kapal dikenal istilah DISPLACEMENT adalah jumlah berat air yang dipindahkan oleh kapal, atau berat underwater volume dari kapal yang sama beratnya dengan kapal. Displacement dinyatakan dalam long ton (1 long ton = 35 cft. Berat air laut).
 
Displacement dibagi menjadi dua, yakni loaded dan light displacement.

a. Loaded displacement adalah berat kapal beserta muatannya pada saat kapal (draft) maksimum yang                      diperkenankan oleh peraturan. 
b. Light displacement adalah berat kapal dalam keadaan kosong. 

Monday 2 March 2009

Marine Tek 2009

Sedikit Info dari Web Tetangga mengenai Event tentang Kemaritiman (Terima Kasih untuk Ibu Kiky atas infonya):



Marine Tek 2009

Indonesia’s International Maritime Event


Gramedia Expo

Surabaya


12-14 November 2009

10:00-16:00




Informasi lebih lanjut:

PT FireWorks Asia

Tel: (62-21) 3228 8780

Email: info@asiafireworks.com, fireworksexpo@gmail.com

www.marineindo.com


Thursday 26 February 2009

Sekilas Tentang Mangrove

Pengertian Hutan Mangrove

Mangrove merupakan formasi-formasi tumbuhan pantai yang khas di sepanjang pantai tropis dan sub tropis yang terlindung.  Formasi mangrove merupakan perpaduan antara daratan dan lautan.  Mangrove tergantung pada air laut (pasang) dan air tawar sebagai sumber  makanannya serta endapan debu (silt) dari erosi daerah hulu sebagai bahan pendukung substratnya.  Air pasang memberi makanan bagi hutan dan air sungai yang kaya mineral memperkaya sedimen dan rawa tempat mangrove tumbuh. Dengan demikian bentuk hutan mangrove dan keberadaannya dirawat oleh pengaruh darat dan laut. (FAO, 1994).
Di Indonesia, mangrove telah dikenal sebagai hutan pasang surut dan hutan mangrove, atau hutan bakau.  Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari istilah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu Rhizophora spp. 




Karakteristik Hutan Mangrove

Karakteristik hutan mangrove dapat dilihat dari berbagai aspek seperti floristik, iklim, temperatur, salinitas, curah hujan, geomorphologi, hidrologi dan drainase. Secara umum, karakteristik habitat hutan mangrove digambarkan sebagai berikut (Bengen, 2000):

  • Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir. 
  • Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama.  Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove. 
  • Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat. 
  • Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.  Air bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (hingga 38 permil). 


Struktur Vegetasi Hutan Mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan famili (Bengen, 2000).  
Selanjutnya, menurut Bengen (2000) bahwa vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove.  Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia) dan Meliaceae (Xylocarpus). 

Fauna Hutan Mangrove

Fauna yang hidup di ekosistem mangrove, terdiri dari berbagai kelompok, yaitu: mangrove avifauna, mangrove mammalia, mollusca, crustacea, dan fish fauna (Tomascik et al., 1997). Komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara  dua kelompok: (1) Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas insekta, ular primata dan burung.  Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan lautan pada saat air surut.  (2) Kelompok fauna perairan/akuatik, yang terdiri atas dua tipe, yaitu:  yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang ; yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrata lainnya. 

Hubungan Saling Bergantung Antara Berbagai Komponen 
Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem merupakan satu atau serangkaian komunitas beserta lingkungan fisik dan kimianya yang hidup bersama-sama dan saling mempengaruhi (Nybakken, 1988). Tumbuhan mangrove mengkonversi cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui proses fotosintesis.  Tumbuhan mangrove merupakan sumbe makanan potensial, dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove.  Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya). Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi zat hara (nutrien) terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, algae ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis; sebagian lagi sebagai partikel serasah (detritus) dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting sebagai makanannya.  Proses makan memakan dalam berbagai kategori da tingkatan biota membentuk suatu rantai makanan


Manfaat Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah tropis, seperti Indonesia.   Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumberdaya di sebagian besar wilayah Indonesia. Fungsi mangrove yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penyambung darat dan laut.  Tumbuhan, hewan, benda-benda lainnya dan nutrisi tumbuhan ditransfer ke arah darat atau ke arah laut melalui mangrove.  Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomi yang sangat bermanfaat bagi ummat manusia.  Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning grounds) dan daerah pembesaran (nursery grounds) berbagai jenis ikan dan, udang, kerang-kerangan dan spesies lainnya.  Selain itu, serasah mangrove (berupa daun, ranting dan biomassa lainnya) yang jatuh di perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat menentukan produktivitas perikanan perairan laut di depannya.  Lebih jauh, hutan mangrove juga merupakan habitat (rumah) bagi berbagai jenis burung, reptilia, mamalia dan jenis-jenis kehidupan lainnya, sehingga hutan mengrove menyediakan keanekaragaman (biodiversity) dan plasma nutfah (genetic pool) yang tinggi serta berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan.  Dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh, hutan mangrove juga berfungsi sebagai pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air laut dan gaya-gaya dari laut lainnya.
Potensi ekonomi mangrove diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu hasil hutan, perikanan estuarin dan pantai, serta wisata alam.  Secara ekonomi, hutan mangrove dapat dimanfaatkan kayunya secara lestari untuk bahan bangunan, arang (charcoal) dan bahan baku kertas.  Hutan mangrove juga merupakan pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya.

Permasalahan Hutan Mangrove di Indonesia

Pertambahan penduduk yang demikian cepat terutama di daerah pantai, mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan, hutan mangrove dengan cepat menjadi semakin menipis dan rusak di seluruh daerah tropis. 
Permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial, industri dan pertanian.  Selain itu juga, meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove.  Kegiatan lain adalah pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan, yang memberikan kontribusi terbesar bagi pengrusakan mangrove.  Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya. 
Barangkali, dari semua ancaman yang serius bagi mangrove adalah persepsi di kalangan masyarakat umum dan sebagian besar pegawai pemerintah yang menganggap mangrove merupakan sumberdaya yang kurang berguna yang hanya cocok untuk tempat pembuangan sampah atau dikonversikan untuk keperluan lain.  Sebagian besar pendapat untuk mengkonversi mangrove berasal dari pemikiran bahwa lahan mangrove jauh lebih berguna bagi individu, perusahaan dan pemerintah daripada hanya sebagai lahan yang berfungsi secara ekologi.  Apabila persepsi keliru tersebut tidak dikoreksi, maka masa depan mangrove Indonesia dan juga di dunia akan menjadi sangat suram.


Rekomendasi Pengelolaan Hutan Mangrove 

Mangrove menggambarkan suatu sumber kekayaan dan keanekaragaman kehidupan.  Pada suatu negara dimana tekanan penduduk dan ekonomi terhadap zona pantai cukup tinggi, seperti halnya Indonesia, hutan mangrove dikenal sebagai pelindung utama lingkungan pantai dan sumber ekonomi nasional yang sangat berharga. 
Pada umumnya ada keterbatasan pemahaman tentang nilai dan fungsi mangrove diantara penentu kebijakan dan masyarakat umumnya, dan akibatnya hutan mangrove seringkali dipandang sebagai areal-areal kritis/rusak serta tidak berharga, yang perlu dipakai untuk kegunaan pemanfatan lain yang produktif.  Meskipun demikian, nilai hakiki ekosistem mangrove sangat besar dan hanya akan disadari ketika investasi besar diperlukan untuk melindungi pantai dan bangunan-bangunan treatment air, sehingga dilakukan upaya untuk merehabilitasi kembali fungsi alami hutan mangrove.
Pada dasarnya terdapat tiga pilihan untuk pengelolaan dan pengembangan mangrove: (1) Perlindungan ekosistem dalam bentuk aslinya; (2) Pemanfaatan ekosistem untuk menghasilkan berbagai produk dan jasa yang didasarkan pada prinsip kelestarian; (3) Pengubahan (atau perusakan) ekosistem alami, biasanya untuk suatu pemanfaatan tertentu.
Dalam kenyataannya, pertimbangan ekonomi dan ekologis tidak dapat dipisahkan dalam mengevaluasi berbagai alternatif  pengelolaan mangrove.  Pernyataan ini mencerminkan tumbuhnya apresiasi makna ekonomi ekosistem mangrove. Karenanya, konservasi dan pemanfaatan mangrove tergantung sepenuhnya pada perencanaan yang terintegrasi dengan mempertimbangkan kebutuhan ekosistem mangrove. Usulan pengembangan dan kegiatan insidential yang mempengaruhi ekosistem mangrove hendaknya mencerminkan perencanaan dan pengelolaan sebagai berikut (Dahuri  dkk., 1996):

  • Peliharalah dasar dan karakter substrat hutan dan saluran-saluran air.  
  • Jaga kelangsungan pola-pola alamiah; skema aktivitas siklus pasang surut serta limpasan air tawar.  
  • Peliharalah pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan air tanah.  
  • Peliharalah keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan sedimentasi. 
  • Tetapkan batas maksimum untuk seluruh hasil panen yang dapat diproduksi. 
  • Pada daerah-daerah yang mungkin terkena tumpahan minyak dan bahan-bahan beracun lainnya, harus memiliki rencana penanggulangan. 
  • Hindarkan semua kegiatan yang mengakibatkan pengurangan (impound) areal mangrove.



Mangrove mewakili sumberdaya hayati yang kaya dan beragam.  Bagi Indonesia dengan tekanan penduduk dan ekonomi yang tinggi di kawasan pantai, hutan mangrove terbukti sebagai sumberdaya alam yang mendukung dan menjaga keseimbangan ekologis  dan sumberdaya ekonomi nasional yang berharga.  Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masalah pengelolaan hutan mangrove secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis (konservasi hutan mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove.  Dengan demikian, strategi yang diterapkan harus mampu mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat selain tujuan konservasi hutan mangrove tercapai. (Ziaul Haq N&team)

Wednesday 28 January 2009

Laut Sebagai Sumber Energi Alternatif

Adanya kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi merupakan masalah yang perlu segera dicari pemecahannya. Apalagi mengingat perkiraan dan perhi- tungan para ahli pada tahun 2010-an produksi minyak akan menurun tajam dan bisa menja- di titik awal kesenjangan energi, ditambah lagi dengan tidak menentunya harga minyak di pasar internasional yang mengakibatkan melambungnya harga minyak dunia yang merupakan sumber energi primer yang banyak digunakan.

Situasi ini sedikit banyak telah berpengaruh pada bangsa Indonesia. Dimana minyak bumi menjadi sumber energi utama. Hal ini menyebabkan naiknya ongkos produksi akibat adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk itulah perlu solusi energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi atau bahan bakar fosil lainnya yang bersifat lebih efisien, ramah lingkungan dan terbaharui. Namun, pengembangan sumber energi alternatif memerlukan waktu sebelum sampai pada pemanfaatan secara ekonomi. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis, Kanada, Jepang, Belanda, dan Korea telah mulai meneliti kemungkinan pemanfaatan energi dari laut terutama, gelombang, pasang surut, dan panas laut dengan hasil yang memberikan harapan cukup baik.

Dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317 km2, Indonesia mempunyai potensi dibidang kemaritiman yang sangat besar. Apalagi dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini para ahli menaruh perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap tantangan kekurangan energi di waktu mendatang dan upaya menganekakan penggunaan sumber daya energi.

Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa.

Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada masterplan yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan.

Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja yang layak. Kita seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga kita tidak terseret dalam ketakutan krisis energi.


1. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak

Air laut memiliki banyak manfaat Salah satunya, menghasilkan energi listrik dari pusat pembangkit listrik tenaga ombak. Sifat kontinyuitasnya yang tersedia terus setiap waktu menjadikan ombak baik untuk dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik Melalui pembangkit listrik ini, energi besar yang dimiliki ombak dapat diubah menjadi tenaga listrik. Listrik dari tenaga ombak ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini.

Pembangkit listrik tenaga ombak telah diuji cobakan di pulau Islay, di lepas pantai barat Skotlandia, dan menghasilkan 500 KW listrik yang cukup untuk kebutuhan 400 rumah tangga.
Cara kerja pembangkit listrik baru ini sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang dibawah permukaan air laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat. Pada saat ombak surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam tabung tadi. Gerakan udara yang bolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang pada turbin itu supaya turbin hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam tabung beton itu silih berganti.

Selain skotlandia langkah ini juga telah dirintis di New South Wales, Australia, baru-baru ini. Pembangkit listrik itu mempunyai luas seperempat lapangan sepak bola dan tingginya setara gedung bertingkat lima. Pembangkit listrik tenaga ombak pertama ini nantinya akan diletakkan 200 meter dari garis pantai.m Ombak yang datang akan memasuki sebuah lorong dan menciptakan tiupan udara dengan kecepatan mencapai 400 kilometer per jam untuk memutar turbinnya menerangi 2.000 rumah. Keuntungan lain pembangkit listrik ini, tak menghasilkan gas emisi hingga ramah lingkungan. Selain itu, alat pembangkit itu dapat dioperasikan dari mana saja melalui sambungan internet.

Selain cara konversi energi ombak ke energi listrik di atas juga sedang diteliti system koversi energi ombak lain diantaranya : system rakit Crockerell, Sistem tabung tegak Kayser, Sistem Pelampung Salter, dan sistem tabung Masuda.

Sistem rakit Cockerell ini terdiri dari untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gerakan gelombang laut. Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan mendorong pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit yang akan menggerakkan generator.

Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi untuk dijadikan premover untuk menggerakkan generator.

Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik.

Sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat menggerakkan turbin udara.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut

Wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.

Proyek pembangunan pusat listrik tenaga pasang surut yang pertama, terdapat di La Rance, antara St Maro dan Dinard, Brittany, Perancis. Secara resmi, proyek ini dibuka oleh presiden Perancis, Jenderal De Gaulle, bulan November 1956. Pelaksanaan proyek mercusuar ini bertujuan untuk memasok kebutuhan energi. Karena semasa Perang Dunia II, konsumsi listrik Perancis bertambah dua kali lipat. Pemanfaatan pusat listrik energi pasang surut yang direalisasikan di La Ranche Perancis juga diikuti oleh Rusia di Murmansh, Lumboy, Tae Menzo Boy, dan The Thite Sea. Tidak jauh dari Indonesia, ada Australia yang memanfaatkannya di Kimberly. Saat ini potensi energi pasang surut di seluruh samudera di dunia tercatat 3.106 MW.
Untuk Indonesia daerah yang potensial adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang surutnya bisa lebih dari lima meter.

Mekanisme pusat listrik energi pasang surut tergantung pada beberapa faktor: arah angin, kecepatan, lamanya bertiup, dan luas daerah yang dipengaruhi. Oleh karena itu, di dalam penelitian mengenai energi ini faktor meteorologi/geofisika menjadi kuncinya.
Pada pemanfaatan energi ini diperlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air laut (reservoir area). Namun, sisi positifnya adalah tidak menimbulkan polutan bahan-bahan beracun baik ke air maupun udara.

Selain panas laut dan pasang surut, masih ada energi samudera lain yaitu energi gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti hal ini adalah Inggris.

Menurut pengamatan Hulls, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 kW per meter.

Karena beberapa laut di Indonesia mempunyai ombak dengan ketinggian di atas 5 meter, maka potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih jauh.

3. Energi Panas Laut

Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik. Potensi terbesar konversi energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa. Soalnya, sepanjang tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter.

Terdapat dua siklus konversi energi panas laut, yaitu siklus Rankine terbuka dan siklus Rankine tertutup. Sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus Rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya lebih besar dari 1MW, sedangkan komponen yang tersedia belum memungkinkan untuk menghasilkan daya sebesar itu, alternatif lain yaitu siklus Rankine tertutup dengan fluida kerja amonia atau freon.

Berdasarkan letak penempatan pompa kalor, konversi energi panas laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, konversi energi panas laut landasan darat, konversi energi panas laut terapung landasan permanen, dan konversi energi panas laut terapung kapal.

Konversi energi panas laut landasan darat alat utamanya terletak di darat, hanya sebagian kecil peralatan yang menjorok ke laut. Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih stabil dan pemeliharaannya lebih mudah. Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan keadaan pantai yang curam, agar tidak memerlukan pipa air dingin yang panjang.

Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru pada tahap percontohan dengan kapasitas 100 W dan dengan fluida kerja freon yang dilakukan oleh TEPSCO-Jepang, dengan lokasi percontohan di Kepulauan Nauru. Selain itu dibangun pusat penelitian dan pengembangan konversi energi panas laut landasan darat (STF) yang terletak di Hawaii.

Untuk konversi energi panas laut terapung landasan permanen, diperlukan sistem penambat dan sistem transmisi bawah laut, sehingga permasalahan utamanya pada sistem penambat dan teknologi transmisi bawah laut yang mahal. Jenis ini masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.

Konversi energi panas laut terapung kapal beroperasi dengan bebas karena dibangun di atas kapal. Biasanya energi listrik yang dihasilkan untuk memproduksi berbagai bahan yaitu amonia, hidrogen, methanol, dan lain-lain.

Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru taraf percontohan, dengan nama pembangkit Mini OTEC yang berkapasitas 50 kW dengan lokasi percontohan di laut Hawaii. Mini OTEC menghasilkan daya bersih 10 kW sampai 15 kW. Selain itu, pada tempat yang sama beroperasi konversi energi panas laut dengan nama OTEC1 dengan kapasitas 1 MW.

Perkembangan teknologi konversi energi panas laut di Indonesia baru mencapai status penelitian, dengan jenis konversi energi panas laut landasan darat dan dengan kapasitas 100 kW, lokasi di Bali Utara.

Sumber :
www.kompas.com
www.sinarharapan.co.id
www.panda.org
www.terranet.or.id
www.norwegia.or.id
www.liputan6.com

Thursday 22 January 2009

23 JANUARI

23 Januari mungkin hari yang paling bersejarah dalam hidup saya, karena dihari inilah saya pertama kali menghirup udara didunia ini. Dua puluh delapan tahun sudah beralalu dan itu ternyata bukanlah suatu waktu yang sangat panjang. Seingat saya masa kanak-kanak itu baru saja berlalu waktu berjalan sangat cepat, sepertinya baru kemarin tidak terasa umur saya sudah hampir kepala tiga. Ini kira-kira sama dengan sepertiga umur rata-rata umat Nabi Muhammad SAW, artinya kalo umur saya sudah tinggal “dua pertiga lebih sedikit” itu pun kalo dikaruniai umur rata-rata tersebut.

Umur sepetinga ini saja kalau coba direnungkan kebelakang hanya berlalu sekejap saja, seingat saya kemarin masih kelas 1 Sekolah Dasar tiba-tiba ekarang sudah punya anak. Terus yang dua pertiganya bagaimana yah?. Mungkin waktunya dua kejap saja 

Walaupun begitu saya sangat bersyukur kepada Allah, SWT sudah diberikan berbagai macam karunia-Nya. Umur, keluarga, kesehatan rezki yang cukup dan lain sebagainya Meskipun masih terbersik beberapa cita-cita yang belum tercapai hingga saat ini.Terima kasih ya Allah untuk Umur yang kau berikan ini…

Mungkin melalui blog ini saya ingin menulis beberapa hal / citat-cita yang harus sering saya ingat sesering saya online, agar saya tetap ingat catatan ini dan tentunya ingat untuk meng-update blog ini juga.

Cita-cita yang belum tercapai:
- Melanjutkan pendidikan / kuliah kalo bisa dapat beasiswa bukan biaya sendiri.
- Mendidik anak dengan baik supaya jadi anak yang sholeh.
- Melunasi cicilan rumah (masih ada 14 tahun lagi)
- Membuka toko buku dan digital printig
- Punya anak minimal 2 (dua) orang
- Punya banyak tanah
- Punya mobil 
- Ingin lebih berguna bagi orang lain
- dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan semuanya.

Tuesday 20 January 2009

JAHRE VIKING : TANGKER TERBESAR

Jahre Viking adalah kapal tengker terbesar yang pernah dibuat manusia. Kapal ini merupakan kapal tangker milik perusahaan minyak Fred Olsed Production dari Norwegia. Kapal ini mempunyai panjang panjang 458.45m (91504ft) dengan full draft 80 ft. Kapal ini dibangun oleh Sumitomo Oppama Ship yard /Japan dengan system double hulls.

Awalnya kapal ini didesain dengan daya angkut 480.000 DWT kemudian dinaikkan menjadi 564.763 DWT. Jahre Viking adalah nama terakhir kapal ini, sebelumnya bernama Seawise Giant (Happy Giant) kemudian diubah menjadi Knock Navis dan kemudian berubah menjadi Jahre Viking.

Karena full draftnya 80 ft atau sekitar 24,6 m kapal ini tidak dapat melewati bisa melawati Terusan Suez dan Teruan Panama.

Pada saat perang Iran –Iraq kapal ini pernah ditembaki rudal exocet pada saat berlayar di perairan selat Hormuz. 

Name: Knock Nevis 
Owner: First Olsen Tankers Pte. Ltd
In service: 2004
Career (Norway) 
Name: 1991 - 2004 Jahre Viking
1989 - 1991 Happy Giant

1979 - 1989 Seawise Giant
Owner: Loki Stream AS
In service: 1979
Out of service: 2004

General characteristics 
Tonnage: 260,941 GT, 214,793 NT 
Length: 458.45 m (1,504.10 ft) 
Beam: 68.8 m (225.72 ft) 
Draft: 29.8 m (97.77 ft) 
Capacity: 564,650 DWT